Seperti Ini Peran Orangtua Asuh Bagi Santri Penghafal Al-Qur’an

Tidak semua anak terlahir dalam kondisi yang cukup untuk bisa bebas menuntut ilmu. Di banyak pelosok desa, ada anak-anak dari keluarga petani, pedagang keliling, buruh harian, atau pekerja serabutan yang memiliki tekad kuat untuk menghafal Al-Qur’an, meski hidup dalam keterbatasan. Mereka datang dari keluarga prasejahtera, namun membawa harapan besar: ingin menjadi penjaga kalam Allah, hafiz Al-Qur’an yang kelak bisa menghadiahkan mahkota untuk orangtuanya di surga.

Pondok Sedekah hadir menjadi jembatan antara kebaikan para donatur dan cita-cita mulia para santri ini. Melalui program Orangtua Asuh Santri Penghafal Al-Qur’an, Pondok Sedekah mengajak siapa saja untuk ikut membersamai perjuangan anak-anak tersebut. Nah, apa saja peran orangtua asuh bagi mereka?

Mencukupi Kebutuhan Sehari-Hari
Mayoritas santri ini tinggal jauh dari keluarga, mereka membutuhkan biaya untuk makan sehari-hari, kebutuhan pribadi seperti perlengkapan mandi dan pakaian, serta tempat tinggal yang layak. Banyak dari mereka tinggal di asrama atau pesantren dengan fasilitas terbatas. Bantuan dari orangtua asuh memastikan bahwa mereka tidak harus berjuang sendirian, tidak perlu menahan lapar atau belajar dalam kondisi kurang nyaman. Dengan kebutuhan dasar yang terpenuhi, para santri bisa fokus pada hafalan dan pendidikan mereka tanpa beban tambahan di pikirannya.

Menanggung Biaya Pendidikan Santri
Sebagai santri tahfiz, mereka tidak hanya mengikuti kegiatan keagamaan tetapi juga belajar ilmu umum. Semua itu tentu membutuhkan biaya, untuk membayar SPP pesantren, membeli buku dan alat tulis, menyediakan Al-Qur’an khusus hafalan, serta mendukung keberlangsungan proses belajar-mengajar bersama para guru dan pembimbing.

Menjadi Penyemangat Moral & Spiritual
Meskipun tidak hadir secara langsung, keberadaan orangtua asuh sangat dirasakan oleh para santri. Ketika mereka tahu ada yang peduli dan mendukung dari jauh, itu menumbuhkan semangat baru di tengah rasa lelah dan rindu yang mereka rasakan. Banyak dari mereka yang tetap bertahan dan melanjutkan hafalannya karena merasa tidak sendiri. Doa-doa yang diberikan oleh orangtua asuh, sekecil apa pun bentuknya, menjadi pelipur lara bagi para santri yang sedang berjuang.

Menjadi orangtua asuh bukan hanya tentang memberi, tapi tentang mengambil peran dalam mencetak generasi penjaga Al-Qur’an. Setiap ayat yang dihafalkan, setiap doa yang mereka panjatkan, setiap ilmu yang mereka sebarkan di masa depan—semua akan menjadi pahala jariyah bagi siapa saja yang pernah mendukung langkah mereka. Ini adalah bentuk sedekah yang tak akan terputus, bahkan setelah kita tiada.

Inilah saatnya kita ambil bagian dalam perjuangan mereka. Menjadi orangtua asuh adalah cara sederhana namun bermakna untuk merawat harapan, membentangkan jalan kebaikan, dan menanam amal yang akan terus tumbuh hingga akhir hayat.

Informasi menjadi Orangtua Asuh Santri Penghafal Al Qur’an, hubungi 0821-1015-0073 (Ati).

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *