Serangan udara Israel menghantam RS Al-Ahli di Jalur Gaza bagian utara pada Minggu (13/4) waktu setempat. Pada Minggu dini hari, suasana di Rumah Sakit al-Ahli di Gaza berubah menjadi kepanikan saat serangan udara Israel menghantam fasilitas medis tersebut. Pasien dan staf medis terpaksa melarikan diri di tengah malam, membawa serta luka dan ketakutan.
Yousef Abu Sakran, seorang ayah berusia 29 tahun, sedang tertidur di samping istri dan anaknya yang terluka di tenda darurat rumah sakit ketika suara teriakan membangunkannya. Mendengar kabar bahwa tentara Israel memerintahkan evakuasi rumah sakit, Yousef segera menggendong putranya yang berusia lima tahun, Mohammad, yang menderita luka bakar parah di punggung dan kakinya.
“Saya menggendong anak saya yang tubuhnya terbakar dan berlari sambil dia menjerit,” kata Yousef.
Beberapa detik setelah mereka meninggalkan rumah sakit, dua misil menghantam fasilitas tersebut, mengguncang seluruh area. “Bayangkan jika kami terlambat satu menit saja. Kami pasti sudah mati,” tambahnya.
Setelah terjadinya serangan, Yousef dan istrinya berada di jalanan tanpa tahu ke mana harus membawa anak mereka yang terluka.
“Tidak ada klinik atau rumah sakit, dan tenda tempat kami tinggal sangat jauh dan sama sekali tidak cocok untuk kondisinya,” ujar Yousef.
Akhirnya, mereka memutuskan untuk kembali ke al-Ahli, meskipun bangunannya rusak parah. Di sana, seorang perawat yang tersisa membantu merawat luka Mohammad dan mengizinkan mereka masuk kembali.
Suhaib Hamed, 20 tahun, juga menjadi korban serangan tersebut. Ia sedang tidur di tenda darurat dekat bangunan gawat darurat rumah sakit ketika serangan terjadi. Suhaib sebelumnya terluka pada 29 Februari 2024 saat mencoba mengambil tepung untuk keluarganya yang kelaparan, dalam insiden yang dikenal sebagai ‘Pembantaian Tepung’ di mana Israel menewaskan 109 warga Palestina.
“Saya bahkan tidak tahu bagaimana saya bisa berdiri dengan kaki yang terluka, mengambil kruk saya, dan melarikan diri. Saya melupakan rasa sakit saya karena apa yang saya lihat di sekitar saya.” kata Suhaib.
Serangan terhadap Rumah Sakit al-Ahli, menambah daftar panjang fasilitas medis yang menjadi target dalam konflik ini. Organisasi Kesehatan Dunia WHO melaporkan bahwa seorang anak Palestina meninggal karena gangguan perawatan medis akibat serangan tersebut.
Dengan lebih dari 50.000 warga Palestina tewas sejak Oktober 2023 dan 85% infrastruktur kesehatan di Gaza utara tidak berfungsi, serangan ini memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah parah. Pasien dan tenaga medis kini menghadapi tantangan besar dalam mencari tempat yang aman dan layak untuk perawatan medis.
Kisah Yousef dan Suhaib mencerminkan penderitaan yang dialami banyak warga Gaza terpaksa melarikan diri dari tempat yang seharusnya menjadi tempat perlindungan, hanya untuk menghadapi ketidakpastian dan bahaya di luar sana.
Sumber:
https://www.aljazeera.com/news/2025/4/13/how-the-sick-and-injured-fled-as-israel-bombed-gazas-al-ahli-hospital
https://news.detik.com/internasional/d-7867775/keji-serangan-udara-israel-hantam-rs-gaza-1-anak-tewas